Bandung dikenal sebagai kota kreatif, tidak hanya dalam seni dan mode, tapi juga dalam kuliner. Kota yang dijuluki “Paris van Java” ini telah lama menjadi surga bagi para pecinta makanan, terutama cemilan. Yang menarik, banyak cemilan khas Bandung yang telah dimodernisasi—baik dari segi rasa, tampilan, hingga cara penyajiannya—untuk mengikuti tren zaman dan selera generasi muda.
Dengan memadukan cita rasa tradisional dan sentuhan inovasi, berbagai cemilan khas Bandung kini tampil lebih kekinian tanpa meninggalkan akar budaya lokal. Transformasi ini bukan hanya menjaga eksistensi jajanan legendaris, tapi juga membuka peluang baru di dunia kuliner.
Berikut beberapa cemilan khas Bandung yang telah mengalami modernisasi dan semakin digemari oleh berbagai kalangan.
1. Cireng: Kini Isiannya Beragam dan Lebih Lezat
Cireng (aci digoreng) dulunya hanya berupa gorengan sederhana berbahan tepung kanji, disajikan dengan sambal cocol atau saus. Namun kini, cireng hadir dalam berbagai versi kekinian.
Ada cireng isi keju mozzarella, daging ayam suwir, sosis, bahkan rendang. Tak hanya itu, bentuknya pun dibuat lebih menarik, kadang seperti nugget atau bola-bola kecil. Untuk sausnya, tak lagi terbatas pada sambal, tapi juga ada pilihan saus BBQ, cheese sauce, dan sambal matah.
Modernisasi cireng ini membuatnya lebih mudah dipasarkan secara luas, bahkan masuk ke menu kafe atau dijual secara frozen dengan kemasan menarik.
2. Seblak: Dari Jajanan Gerobak ke Menu Kafe
Seblak adalah cemilan khas Bandung berbahan kerupuk basah yang dimasak dengan bumbu kencur pedas dan berbagai topping. Sebelumnya, seblak identik dengan jajanan pinggir jalan, disajikan dalam plastik atau mangkuk sederhana.
Namun kini, seblak menjelma menjadi menu favorit di banyak kafe. Penyajiannya lebih rapi dan estetik, lengkap dengan topping premium seperti seafood, bakso wagyu, hingga telur asin. Varian pedasnya pun ditingkatkan menjadi level 1 sampai 10 untuk menarik kalangan muda.
Beberapa brand bahkan menjual seblak instan dalam cup dengan berbagai rasa yang bisa dinikmati siapa saja di mana saja.
3. Colenak: Kudapan Tradisional yang Dirombak Cantik
Colenak (akronim dari “dicocol enak”) adalah tape singkong bakar yang disajikan dengan saus gula merah dan kelapa parut. Dulu, colenak hanya bisa ditemukan di warung tradisional atau penjual keliling.
Kini, colenak tampil lebih modern dan instagramable. Tampilannya dibuat seperti dessert plating, dilengkapi topping modern seperti es krim, keju, meses, atau saus cokelat. Beberapa kafe bahkan mengemas colenak dalam bentuk cake atau tart mini, menjadikannya oleh-oleh yang elegan dan unik.
4. Peuyeum: Dulu Hanya Tape, Sekarang Jadi Cake
Kini, peuyeum telah diolah menjadi berbagai dessert modern, seperti:
-
Peuyeum brownies
-
Peuyeum cheesecake
-
Kue lapis peuyeum
-
Puding peuyeum
Kreasi ini membuat peuyeum lebih diterima oleh anak muda yang sebelumnya mungkin kurang menyukai rasa asam khas tape. Dengan pengemasan yang modern, peuyeum juga makin laku dijual sebagai oleh-oleh khas Bandung.
5. Basreng: Kini Lebih Variatif dan Tersaji Premium
Basreng (bakso goreng) awalnya hanyalah jajanan simpel berbumbu pedas. Namun kini, basreng tersedia dalam berbagai varian rasa seperti keju, balado, BBQ, jagung bakar, dan lainnya.
Pengemasan juga mengalami perubahan besar: dari plastik polos menjadi kemasan ziplock modern dengan desain menarik, lengkap dengan label halal dan izin edar. Bahkan, banyak produsen yang memasarkan basreng lewat e-commerce, menjadikannya cemilan kekinian yang bisa dipesan dari seluruh Indonesia.
6. Combro dan Misro: Dari Pasar ke Produk Beku Siap Saji
Combro (oncom di jero) dan misro (amis di jero) adalah gorengan khas Sunda yang dibuat dari parutan singkong. Dahulu, kedua cemilan ini hanya bisa ditemukan di pasar atau warung jajanan tradisional.
Sekarang, combro dan misro telah dimodifikasi menjadi frozen food siap goreng. Ada juga yang mengisi combro dengan keju, ayam suwir, atau kornet, dan menyajikannya dalam bentuk mungil ala snack box.
Modernisasi ini membuat combro dan misro lebih tahan lama dan cocok dikonsumsi kapan saja tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
7. Surabi: Dari Bakar Manual ke Variasi Lumer Kekinian
Surabi khas Bandung awalnya hanya memiliki dua rasa: manis (gula merah) dan asin (oncom). Namun kini, surabi hadir dalam puluhan rasa kekinian, seperti cokelat, keju, durian, green tea, hingga red velvet.
Tak hanya topping-nya, cara rajazeus memasaknya pun mengalami modernisasi—dari tungku arang menjadi wajan anti-lengket, membuat proses lebih higienis dan cepat. Surabi kini banyak dijual di gerai modern atau kafe dengan konsep cozy yang ramah anak muda.
Mengapa Modernisasi Cemilan Penting?
Modernisasi cemilan tradisional Bandung tidak hanya untuk menarik minat generasi muda, tetapi juga:
-
Meningkatkan nilai ekonomi produk lokal
-
Memperluas pasar hingga luar kota dan luar negeri
-
Menjaga kelestarian kuliner tradisional dengan pendekatan kekinian
Dengan menyulap tampilan dan rasa tanpa menghilangkan identitasnya, cemilan khas Bandung berhasil bertahan dan terus berkembang di tengah persaingan kuliner modern.
BACA JUGA: Injera Dengan Wat: Roti Asin Ethiopia yang Menggoda Lidah